"Ajaib Dalam Kelapa ada Ikan"
Ratusan tahun yang silam , Tersebutlah kisah tentang seorang
ulama besar yang cukup ternama. Ki Mgs H A Hamid namanya. Mubalig yang
mengajar Agama Islam tidak saja berada
dalam kota Palembang, bahkan beliau juga mengajar sampai ke desa –desa yang
terpencil.
Banyak sekali kisah gaib dalam kehidupan mubalig ini ia
lebih dikenal dengan sebutan Ki Muara Ogan sampai dengan sekarang. Bahkan
makamnya masih hingga kini di kujungi masarakat
yang berada di Palembang juga dari luar .
Ki Muara Ogan panggilan akrabnya, kemana-mana pergi untuk
mengajar dan menyebarkan Agama Islam
selalu menggunakan perahu, bila tempat mengajar yang tetap maka ia akan
mendirikan mesjid disana.
Suatu ketika saat menuju ketempat mengajar, Ki Muara Ogan
menasehati pada muridnya,”Murid-muridku sekalian ikuti apa yang akan aku
ajarkan ini.”
“Baik guru,”jawab muridnya sambil mendayungkan perahu
menuju kelokasi di tempat
ia mengajar.
Dalam perjalanan itu
Ki Muara Ogan menuturkan ,”Baik demikian amalan itu, La illaha illahu malikul
hakul mubin Muhammad Rasulullah Shodikul
wa adil Amin,” begitu juga murid mengikuti apa yang disampaikan ulama tersebut.
Ki Muara Ogan sepulang dari memberikan petuah-agamanya, ia
kembali menuju ketempat tinggalnya, yaitu berada di Kertapati , hingga sekarang
mesjid itu masih berdiri kokoh.
Begitu besar keyakinanya pada Allah, ketika itu di tahun
1911, dizaman pemerintahan penjajahan
Belanda, seorang dari prajurit Belanda berkata pada Ki Muara Ogan,” tanah untuk
kereta api ini harus di perluas.”
Ki Muara Ogan dengan tenang menjawab,”Tanah itu akan
menggeser tanah pabrik kayu milik kami.”
“Kami tahu tuan, tapi perluasan tanah ini untuk kepentingan
masarakat banyak,” ungkap prajurit utusan Belanda itu kepada Ki Muara Ogan.
Ki Muara Ogan menganggukan kepala , “baik kami iklas ini
untuk kepentingan masarakat dan negera, silahkan.”
Setelah itu pabrik kayu milik Ki Muara Ogan ini dipindahkan
ke Kampung Karang Anyar, dan pabrik ini diberikan pada Mgs H M Abumansur. Tanah
wakap milik Ki Muara Ogan itu, hingga kini jadi milik PT Kereta Api.
Pada saat itu, Ki Muara Ogan tengah mengadakan ceramah,
yaitu berada di Mesjid Ki Muara Ogan
Kertapati, sehingga terdengar
dengan sangat lantangnya,”Bumi berserta
isinya adalah milik Allah ,”
Jemaah mendengarkan itu dengan penuh perhatian sekali, sehingga terasa sejuk dan nyaman bagi
siapa yang mendengarkan pada waktu itu.
Disaat itu tak lupa beberapa orang Belanda mendengarkan dan
menyaksikan ceramah yang disampaikan oleh Ki Muara Ogan tersebut, tentu tugas
mereka hanya untuk mengawasi kegiatan yang dilakukan Ki Muara Ogan.
Kembali terdengar dengan lantang apa yang disampaikan oleh
Ki Muara Ogan, yang menyampaikan petuahnya pada jamaah,”Kekuasaan Allah itu
adalah maha besar, jika ia berkata jadi maka jadilah ia.”
Penuh perhatian sekali jamaah menyimaknya, sehingga kembali
terdengar seruannya,”Allah mengetahui
apa-apa yang tidak di ketahui
oleh manusia.”
Seorang hadirin
bertanya,”Guru apa misalnya kekuasaan Allah yang tidak mungkin di
ketahui oleh manusia itu ?
“Begini ,”kata Ki Muara Ogan sambil ia berdiri dihadapan
para jamaahnya.”Misalnya tiap-tiap ada air didalamnya selalu akan ada ikannya?”
Mendengar itu spontan seorang prajurit Belanda yang tengah mengawasi Ki Muara Ogan
dari sejak tadi, tiba-tiba ia berkata,”bagaimana jika dalam sebuah kelapa apak
itu ada ikanya?”
“Insya Allah jika Allah menghendaki maka itu akan ada,”
tegas Ki Muara Ogan sembari mulut tetap berkomat- kamit menyebut nama Allah.
Serta merta prajurit itu pandangannya mengarah keluar
mesjid,”Ki apakah kelapa itu juga ada ikanya?” kembali prajutit itu menunjukan
pada sebuah pohon kelapa yang ada di luar.
Serentak Ki Muara Ogan berserta dengan para jamaahnya menuju
keluar, untuk membuktikan kekuasaan Allah tersebut, maka di perintahkanlah
seorang murid Ki Muara Ogan memanjat sebuah pohon kelapa, sejenak saja sebuah
pohon kelapa di letakan di hadapan Ki Muara Ogan juga disaksikan oleh para
jamaah lainya yang hadir pada saat itu.
Sehingga pada waktu itu juga, di persilahkan oleh Ki Muara
Ogan pada prajurit Belanda itu sendiri untuk
membuktikan kebesaran Allah pada penciptanya.
Pada saat itu juga dengan tiba-tiba sekali, prajurit Belanda
itu segera memotong kelapa yang ada di hadapanya waktu itu, sungguh hal yang
sangat tidak dapat di kira dari dalam kelapa yang di potong itu muncullah
seekor ikan seluang, sejak saat itu sekitar masjid Ki Muara Ogan terdapat ikan
Seluang dan di sekitar mesjid tetap berdiri pohon kelapa.
Pernah juga Kisah aneh terjadi, ketika Ki Muara Ogan bersama
dengan ketujuh muridnya pulang dari menyebarkan agama Islam, pada waktu itu
mereka terhambat karena tidak ada perahu yang akan menyeberangkan di sungai Ogan .
Namun dengan keyakinan yang ada dalam jiwa Ki Muara Ogan ,
serta merta ia membentangkan salnya, yang selalu berada di pundaknya itu, ia letakan
di atas air.”Silahkan kalian duduk di sal itu.” Perintah Ki Muara Ogan pada
muridnya yang sedang ikut serta itu.
Karena itu adalah perintah seorang guru, muridnya yang yakin
tanpa banyak komentar segera saja ia duduk di atas sal itu, tetapi bagi muridnya
yang merasa ragu ia akan diam, atau ia akan bimbang.
“Naiklah wahai muridku, maka kau tidak akan tenggelam,” kata
Ki Muara Ogan, namun ada seorang murid yang tidak mau ikut, tetapi yang sudah
ikut serta segera saja mereka berjalan seperti layaknya mereka naik sebuah
perahu saja.
Setelah itu kembali ia menjemput muridnya yang tadi tinggal
tersbut, barulah muridnya itu merasa yakin, karena ia sudah melihat kenyataan
itu. Muridnya
yang tinggal itu ikut kembali menyeberang .Ketika hampir
saja tiba diseberang muridnya itu masih saja merasa ragu, sehingga ia terjatuh,
dan segera ia berenang ketepi sungai itu.
Disaat itu Ki Muara Ogan berkata pada muridnya, “itulah
melihat jika hambanya yang belum yakin pada kebesaran Allah, sehingga masih
adanya suatu keraguan yang tersimpan dalam pikirannya dan hatimu. Untuk itu
kamu harus kembali memperkuat iman kepada Allah yang telah menciptakan
mahluknya .”
Kisah ini menjadi kisah yang di sampaikan dari mulut kemulut
oleh warga kota Palembang, sehingga menjadi warisan kisah turun temurun yang
ada di wilayah Sumatera Selatan pada umumnya.
ARTIKEL TERKAIT:
Tidak ada komentar
Posting Komentar